suluh.bamban@gmail.com

Jan 22, 2014

Langkah Praktis Pengendalian Penyakit Antraknosa pada Cabai

1:03 AM

Share it Please


Cabai merah merupakan salah satu komoditas  yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, dan sering di usahakan oleh petani di Indonesia, dan di kecamatan angkinang pada khususnya. 
Cabai merah secara kimia mengandung unsur atau zat capcaisin yang mneyebabkan rasa pedas ketika di konsumsi. Karena rasa pedas yang khas tersebut sehingga seringkali cabai merah dijadikan bumbu rempah dalam menu masakan sehari-hari.
Pada dasarnya cabai merah dibudidayakan melalui perbanyakan biji, dengan cara yang budidaya yang relatif sederhana petani dapat memanen cabai merah dalam kurun waktu 2,5 bulan. Dan bisa di budidayakan baik dari dataran rendah hingga dataran tinggi.

Salah satu momok dalam budidaya cabai merah adalah adanya serangan penyakit cacar atau lebih di kenal dengan nama antraknosa. Dimana tingkat kerusakan tanaman jika terserang penyakit ini dapat menyebabkan gagal panen.

Penyebab utama penyakit ini adalah cendawan. Nama cendawan yang dimaksud adalah Collectrochum capsici dan juga dari jenis cendawan Gloesporium piperatum

Gejala serangan  dari jenis cendawan Collectrochum capsici adalah menunjukkan bercak coklat kehitaman pada buah, kemudian menyebar yang menyebabkan  buah menjadi busuk. Sehingga pada akhirnya cabai merah menjadi mengerut da mengering seperti jerami padi.

Sementara gejala serangan dari jenis cendawan Gloesporium piperatum biasanya  pada serangan  buah muda di dahului dengan mati pada ujung buah. Gejalanya ditandai dengan terbentuknya bintik – bintik kecil kehitaman dan berlekuk serta tepi bintik berwarna kuning. Bagian lekukan akan terus membesar dan memanjang serta bagian tengahnya berwarna gelap.

Dari fakta yang diuraikan diatas, maka pertanyaan selanjutnya yang perlu diajukan  adalah bagaimana cara mengendalikan penyakit antraknosa tersebut?
Pada dasarnya pengendalian penyakit pada lombok perlu dilakukan sejak dini serta berkesinambungan. Maksudnya perlu dikendalikan semenjak dari persemaian hingga lombok mulai menghasilkan buah.

Langkah-langkah praktis dalam pengendalian  penyakit antraknosa pada cabai  adalah sebagai berikut:
1.                  Sebelum disemai, biji direndam dalam air hangat (55C) selama setengah jam, atau direndam selama 4 – 8 jam dalam larutan fungsida seperti benlate dengan dosis 0,5 gr/Liter;
2.                  Pergunakan bibit yang sehat, jika menggunakan bibit sendiri jangan menggunakan dari bekas cabai yang terserang patek. Karena spora jamur tersebut mampu bertahan pada benih cabai
3.                  Jarak tanam dijarangkan agar tidak lembab, misalnya menggunakan jarak tanam  65 x 70 cm;
4.                  Pilih lokasi lahan yang bukan bekas tanaman cabai, terong, tomat dll (satu famili dengan cabai). Spora patek mampu beradaptasi dan bertahan hidup dalam tanah dalam waktu tahunan
5.                  Tanamlah varietas cabai yang lebih tahan patek, biasanya cabai keriting lebih tahan terhadap penyakit patek
6.                  Pergunakan pupuk dasar maupun kocoran yang rendah unsur Nitrogen, karena unsur N hanya akan membuat tanaman cabai menjadi rentan. Selain itu unsur N juga akan membuat tanaman menjadi rimbun yang akan meningkatkan kelembaban sekitar tanaman.
7.                  Perbanyak unsur Kalium dan Calsium untuk membantu pengerasan kulit buah cabai
8.                  Kebun dibersihkan. Buah yang sudah diserang dikumpulkan dari tanah maupun dipetik langsung setiap hari dalam wadah/kantong plastik untuk kemudian dibakar. Wadah tidak boleh digunakan untuk buah yang sehat agar tidak tertular;
9.                  Tanaman disemprot dengan fungisida Derosol 60 WP dicampur Dithane M-45 dengan perbandingan 1 : 8, konsentrasi 2,8 gram/Liter. Atau dapat juga disemprot dengan fungisida Kasumin 20 AS                 2 cc/Liter, Difolatan 4 cc/Liter, Phycozan, Anvil 50 SC, Champion 77 WP, Kumulus 80 WDC, Kocide 60 WDG, Rubigan 120 EC, Redhos 70/12 WP, Uniflow 720 F, Cupravit OB 12, Ingrofol 50 WP, Folicur 25 WP, Masalgin 50 WP, Velimek 80 WP, , Daconil 75 WP, Topsin, Antracol 70 WP, Delsene MX 200. 
Selain penggunaan fungisida diatas, Pestisida nabati juga bisa digunakan sebagai alternatif pengendalian. Pestisida nabati yang bisa digunakan berupa: Campuran nimba, serai dan laos dengan perbandingan 8:6:6 atau 6:6:6. Atau bisa juga menggunakan  larutan daun tembakau pada air 1:20 Efektifitasnya setara dengan Mancozeb 0,2% (fungisida kimia). Perlu diingat bahwa walaupun sudah disemprot, pembersihan buah yang terserang dari tanah dan tanaman harus tetap dikumpulkan dan dibakar agar serangan tidak semakin parah.
10.     Jika langkah-langkah diatas sudah dilakukan tetapi  masih terjadi serangan penyakit patek maka segera memusnahkan tanaman dengan cara dicabut kemudian dibakar.


0 komentar :

Post a Comment