Cabai merah merupakan salah satu komoditas yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi,
dan sering di usahakan oleh petani di Indonesia, dan di kecamatan angkinang
pada khususnya.
Cabai merah secara kimia mengandung unsur atau zat capcaisin yang mneyebabkan rasa pedas ketika di konsumsi. Karena rasa pedas yang khas tersebut sehingga seringkali cabai merah dijadikan bumbu rempah dalam menu masakan sehari-hari.
Cabai merah secara kimia mengandung unsur atau zat capcaisin yang mneyebabkan rasa pedas ketika di konsumsi. Karena rasa pedas yang khas tersebut sehingga seringkali cabai merah dijadikan bumbu rempah dalam menu masakan sehari-hari.
Pada dasarnya cabai merah dibudidayakan melalui perbanyakan biji,
dengan cara yang budidaya yang relatif sederhana petani dapat memanen cabai
merah dalam kurun waktu 2,5 bulan. Dan bisa di budidayakan baik dari dataran
rendah hingga dataran tinggi.
Salah satu momok dalam budidaya cabai merah adalah adanya serangan
penyakit cacar atau lebih di kenal dengan nama antraknosa. Dimana tingkat
kerusakan tanaman jika terserang penyakit ini dapat menyebabkan gagal panen.
Penyebab utama penyakit ini adalah cendawan. Nama cendawan yang
dimaksud adalah Collectrochum capsici
dan juga dari jenis cendawan Gloesporium
piperatum.
Gejala serangan dari jenis
cendawan Collectrochum capsici adalah
menunjukkan bercak coklat kehitaman pada buah, kemudian menyebar yang
menyebabkan buah menjadi busuk. Sehingga
pada akhirnya cabai merah menjadi mengerut da mengering seperti jerami padi.
Sementara gejala serangan dari jenis cendawan Gloesporium piperatum biasanya
pada serangan buah muda di
dahului dengan mati pada ujung buah. Gejalanya ditandai dengan terbentuknya bintik – bintik kecil
kehitaman dan berlekuk serta tepi bintik berwarna kuning. Bagian lekukan akan
terus membesar dan memanjang serta bagian tengahnya berwarna gelap.
Dari fakta yang diuraikan diatas, maka pertanyaan selanjutnya yang
perlu diajukan adalah bagaimana cara
mengendalikan penyakit antraknosa tersebut?
Pada dasarnya pengendalian penyakit pada lombok perlu dilakukan
sejak dini serta berkesinambungan. Maksudnya perlu dikendalikan semenjak dari
persemaian hingga lombok mulai menghasilkan buah.
Langkah-langkah praktis dalam pengendalian penyakit antraknosa pada cabai adalah sebagai berikut:
1.
Sebelum disemai, biji direndam dalam air hangat (55⁰C) selama
setengah jam, atau direndam selama 4 – 8 jam dalam larutan fungsida seperti
benlate dengan dosis 0,5 gr/Liter;
2.
Pergunakan bibit yang sehat, jika menggunakan bibit sendiri jangan
menggunakan dari bekas cabai yang terserang patek. Karena spora jamur tersebut
mampu bertahan pada benih cabai
3.
Jarak tanam dijarangkan agar tidak lembab, misalnya menggunakan
jarak tanam 65 x 70 cm;
4.
Pilih lokasi lahan yang bukan bekas tanaman cabai, terong, tomat
dll (satu famili dengan cabai). Spora patek mampu beradaptasi dan bertahan
hidup dalam tanah dalam waktu tahunan
5.
Tanamlah varietas cabai yang lebih tahan patek, biasanya cabai
keriting lebih tahan terhadap penyakit patek
6.
Pergunakan pupuk dasar maupun kocoran yang rendah unsur Nitrogen,
karena unsur N hanya akan membuat tanaman cabai menjadi rentan. Selain itu
unsur N juga akan membuat tanaman menjadi rimbun yang akan meningkatkan
kelembaban sekitar tanaman.
7.
Perbanyak unsur Kalium dan Calsium untuk membantu pengerasan kulit
buah cabai
8.
Kebun dibersihkan. Buah yang sudah diserang dikumpulkan dari tanah
maupun dipetik langsung setiap hari dalam wadah/kantong plastik untuk kemudian
dibakar. Wadah tidak boleh digunakan untuk buah yang sehat agar tidak tertular;
9.
Tanaman disemprot dengan fungisida Derosol 60 WP dicampur Dithane
M-45 dengan perbandingan 1 : 8, konsentrasi 2,8 gram/Liter. Atau dapat juga
disemprot dengan fungisida Kasumin 20 AS 2 cc/Liter, Difolatan 4 cc/Liter,
Phycozan, Anvil 50 SC, Champion 77 WP, Kumulus 80 WDC, Kocide 60 WDG, Rubigan
120 EC, Redhos 70/12 WP, Uniflow 720 F, Cupravit OB 12, Ingrofol 50 WP, Folicur
25 WP, Masalgin 50 WP, Velimek 80 WP, , Daconil 75 WP, Topsin, Antracol 70 WP,
Delsene MX 200.
Selain
penggunaan fungisida diatas, Pestisida nabati juga bisa digunakan sebagai
alternatif pengendalian. Pestisida nabati yang bisa digunakan berupa: Campuran
nimba, serai dan laos dengan perbandingan 8:6:6 atau 6:6:6. Atau bisa juga
menggunakan larutan daun tembakau pada
air 1:20 Efektifitasnya setara dengan Mancozeb 0,2% (fungisida kimia). Perlu
diingat bahwa walaupun sudah disemprot, pembersihan buah yang terserang dari
tanah dan tanaman harus tetap dikumpulkan dan dibakar agar serangan tidak
semakin parah.
10. Jika langkah-langkah diatas sudah dilakukan
tetapi masih terjadi serangan penyakit
patek maka segera memusnahkan tanaman dengan cara dicabut kemudian dibakar.
0 komentar :
Post a Comment